Syekh Abdul Khaliq Al-Ghujduwani KS yang merupakan silsilah sa’adat ke-9 adalah pemimpin Silsilah Naqsyabandiyah, salah satu pembesar syekh Naqsyabandiyah, dan khalifah ke-4 Syekh Yusuf Al-Hamadani KS.
Syekh Abdul Khaliq KS lahir di daerah Ghujduwan yang berjarak sekitar 50 km dari kota Bukhara. Namun, pada kitab-kitab tidak ditemukan tulisan mengenai tanggal lahir beliau. Nama ayahnya adalah Abdul Jamil. Imam Abdul Jamil RH adalah salah satu cucu dari Imam Malik RH. Imam Abdul Jamil RH juga merupakan salah satu ulama besar yang terkenal di zamannya baik dari segi ilmu zahir maupun batin. Imam Abdul Jamil RH yang bertempat tinggal di Malatya ini memiliki seorang istri yang merupakan putri salah satu Kaisar Romawi. Karena pertikaian yang terjadi di daerah Romawi dan Syam, beliau beserta seluruh kerabat dekat dan jauhnya berpindah ke Transoxiana (Maveraünnehir). Mereka datang ke Bukhara dan menetap di Ghujduwan.
Imam Abdul Jamil RH memiliki ikatan persaudaraan maknawiah dengan Nabi Khidir AS. Pada suatu hari yang mulia, Nabi Khidir AS memberikan kabar gembira bahwasanya Imam Abdul Jamil RH akan dikaruniakan seorang anak laki-laki dan Nabi Khidir AS pun memberikan nama “Abdul Khaliq” kepada anak yang akan lahir tersebut. Setelah mereka menetap di Ghujduwan, Abdul Khaliq Al-Ghujduwani KS lahir ke dunia. Abdul Khaliq KS tumbuh besar di Ghujduwan dan beliau menuntut ilmu pertama kali di Bukhara.
Doa Setelah Shalat Fardu
Suatu hari datang seseorang dari perjalanan jauh dan berkata kepada Syekh Abdul Khaliq KS,
“Wahai syekh, doakanlah agar aku dapat pergi ke akhirat (wafat) dalam keadaan beriman dan selamat dari godaan-godaan setan.” Kemudian, beliau berkata,
“Allah SWT berjanji akan mengabulkan doa yang dilakukan setelah shalat fardu. Setelah shalat fardu, kau doakanlah kami dan kami pun akan mendoakanmu setelah shalat fardu. Dengan begitu, telah terlihat tanda akan dikabulkannya doa kami untukmu dan doamu untuk kami. Keberhasilan hanya datang dari Allah SWT.”
Terdapat 8 prinsip dasar mulia didirikannya Tarikat Naqsyabandiyah:
Hosh Dar-Dam (bernapas secara sadar), Nazar Bar-Qadem (perhatikanlah langkahmu), Safar Dar-Wathan (perjalanan pulang), Khalwat Dar-Anjuman (menyendiri di tengah keramaian), Yad-Kard (zikir utama), Baz-Gasht (kembali), Nigah-Dasht (perhatian), dan Yada-Dasht (mengumpulkan lagi).
Terdapat juga 3 prinsip dasar Thaifah Aliyyah: Wukuf zamani (menghitung dan memerhatikan waktu untuk tidak melewatkan waktu tanpa mengingat Allah SWT), Wukuf ‘adadi (berkaitan dengan bilangan, yang mengandung makna pengutamaan hitungan ganjil dalam berzikir, sebagai penghormatan yang bersifat sunah atas kesukaan Allah SWT pada jumlah ganjil), dan Wukuf qalbi (menjaga setiap gerakan hati untuk selalu mengingat dan menyebut asma Allah SWT).
Jumlah keseluruhan adalah 11 prinsıp.
Wafat dan Makam Syarif
Syekh Abdul Khaliq Ghujduwani KS wafat pada tahun 575 H (1180 M) dan dimakamkan di Ghujduwan.
Tahun wafatnya dapat diketahui dari syair berikut berdasarkan susunan abjadiyah “Mahbubun Nabiyyil Mujtaba” (Kekasih Nabi SAW yang terpilih). Makamnya terletak di daerah Ghujduwan di dekat jalan raya yang menghubungkan Bukhara-Samarkand, Uzbekistan.