ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ RA

Abu Bakar Ash-Shiddiq RA yang merupakan silsilah sa’adat pertama adalah seorang sahabat yang paling mulia di antara sahabat lainnya. Beliau lahir dua tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW. Ayahnya bernama Abu Quhafah dan ibunya bernama Salma binti Sakhar. Garis keturunannya, baik dari ayah maupun ibunya bertemu pada salah satu buyut Rasulullah SAW yang bernama Murrah. Pada masa jahiliah namanya adalah “Abdu Rabbil Ka’bah”. Setelah beliau masuk Islam, Rasulullah SAW memberikan nama “Abdullah” kepadanya.

Gelar “Ash-Shiddiq” diberikan kepadanya karena beliau masuk Islam tanpa mencari dalil sama sekali tentang kebenaran Islam dan tanpa ragu beliau membenarkan (shiddiq) mukjizat Isra Mi’raj Rasulullah SAW.

Keislaman Abu Bakar RA dan Ajakan kepada Manusia untuk Memeluk Agama Islam

Ketika Rasulullah SAW berdakwah mengajak orang-orang untuk memeluk agama Islam, Abu Bakar RA langsung masuk agama Islam tanpa keraguan sedikit pun di hatinya. Setelah menjadi seorang muslim, Abu Bakar RA mengajak manusia lainnya untuk memeluk agama Islam, dan karena ajakannya tersebut, banyak orang yang masuk Islam termasuk dari kalangan “Asyarah Mubasyarah” (orang-orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW), seperti Talha RA, Utsman bin Affan RA, dan Zubair bin Awwam RA.

Abu Bakar RA banyak membantu Rasulullah SAW dan orang-orang muslim yang miskin. Ketika Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada harta seorang pun yang bermanfaat, seperti manfaat harta Abu Bakar yang diberikan kepadaku,” Abu Bakar RA langsung menangis dan berkata, “Ya Rasulullah, aku korbankan jiwa dan ragaku untukmu.”

Ketika telah beriman, Abu Bakar RA menginfakkan 40.000 dirham yang dimilikinya untuk agama Islam, dan ketika beliau berhijrah, sisa harta yang dimilikinya sekitar 5.000 dirham.

Abu Bakar RA telah memerdekakan 7 orang budak yang pernah disiksa oleh tuannya karena mereka masuk agama Islam. Di antara 7 orang budak tersebut adalah Bilal Al-Habsyi RA dan Amir bin Fuhairah RA.

Rasulullah SAW Mengajarkan Zikir Khafi

Pada saat berada di dalam Gua Tsur bersama Rasulullah SAW, Abu Bakar RA merasa bersedih dan khawatir karena mendengar suara langkah kaki orang-orang musyrik yang telah sampai di depan mulut gua. Sebenarnya, Abu Bakar RA bukan mengkhawatirkan dirinya sendiri, melainkan beliau mengkhawatirkan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW yang melihat keadaan ini langsung menenangkan dan menghibur Abu Bakar RA seraya berkata, “Jangan bersedih!” Namun, karena pada saat itu Abu Bakar RA tidak mengetahui bagaimana caranya agar bisa selamat dari kekhawatiran dan kesedihan tersebut, sangat sulit baginya untuk mendengar dan melaksanakan perintah Rasulullah SAW. Kemudian, Rasulullah SAW mengabarkan sesuatu yang dapat menghilangkan kesedihannya seraya berkata, “Sesungguhnya Allah SWT bersama kita.” Yakni, maksud dari perkataan Rasulullah SAW adalah, “Maiyatullah; pikirkanlah dan rasakanlah bahwasanya Allah SWT bersama kita. Sebab, orang yang berpikir dan merasakan kebersamaan dengan Rabbnya tidak akan merasa bersedih, jika pun ia bersedih, kesedihan yang dirasakannya akan segera hilang.” Ketika di dalam gua, Abu Bakar RA bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai rahasia kedekatan dan kebersamaan dengan Sang Khaliq. Rasulullah SAW menjawab, “Rahasianya adalah selalu berzikir kepada Allah SWT secara terus-menerus.” Setelah itu, Rasulullah SAW mengajarkan zikir khafi atau zikir qalbi (zikir ismi zat Allah SWT) kepada Abu Bakar RA dengan cara duduk berhadapan dan lutut saling menyentuh (duduk ini seperti duduk di antara dua sujud dalam shalat), dan mata harus dalam keadaan dipejamkan.

Di antara para sahabat lainnya, Rasulullah SAW mengajarkan zikir khafi kepada Abu Bakar RA secara khusus. Beliau menuangkan secercah cahaya Ilahi yang terdapat di dalam hatinya ke dalam hati Abu Bakar RA. Sebab, Abu Bakar Ash-Shiddiq RA adalah orang yang paling dekat dengan derajat kenabian, yaitu derajat “siddiqiyah”.

Ketika melakukan zikir qalbi, Abu Bakar RA menahan nafasnya untuk memfokuskan dirinya dalam kekhusyukan dengan harapan agar dapat bermusyahadah dengan Ilahi. Kecintaannya yang begitu besar dan membara kepada Allah SWT nyaris saja mengeluarkan bau hangus dari hatinya yang terbakar. Oleh karena itu, para tetangganya mencium bau daging panggang dari rumahnya dan mereka mengira bahwa Abu Bakar RA sedang memasak daging panggang yang sangat lezat hingga mereka merasa tidak nyaman karena Abu Bakar RA tidak membagikan daging panggangnya tersebut. Suatu hari, para tetangganya mengadukan hal ini kepada Rasulullah SAW. Kemudian, Rasulullah SAW memberitahukan kepada mereka bahwa sesuatu yang mereka cium bukanlah bau daging panggang seperti yang mereka sangka, melainkan bau tersebut adalah bau yang berasal dari hati Abu Bakar RA.

Beberapa Hal Pertama Mengenai Abu Bakar Ash-Shiddiq RA

  • Abu Bakar RA merupakan orang pertama yang masuk Islam dari kalangan kaum laki-laki
  • Abu Bakar RA adalah orang pertama yang menyuruh para sahabat untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an dan menjadikannya sebuah “Mushaf”
  • Abu Bakar RA adalah orang pertama yang diberikan gelar “Shiddiq, Atiq, dan Khalifah”
  • Abu Bakar RA adalah orang pertama yang mendirikan Baitul Mal
  • Abu Bakar RA adalah orang pertama yang menginfakkan seluruh hartanya untuk Rasulullah SAW
  • Abu Bakar RA adalah orang pertama yang ditugaskan untuk mengurus haji

Beberapa Hal Kedua Mengenai Abu Bakar RA setelah Rasulullah SAW

  • Ketika Rasulullah SAW berdakwah mengajak orang-orang untuk memeluk agama Islam, Abu Bakar RA adalah orang pertama yang menerima ajakan tersebut dan masuk Islam. Oleh karenanya, Abu Bakar RA adalah orang kedua yang beriman setelah Rasulullah SAW.
  • Abu Bakar Ash-Shiddiq RA mengajak orang-orang untuk beriman, dan banyak orang telah beriman karena wasilah ajakannya. Dengan begitu, Abu Bakar RA adalah orang kedua yang melakukan dakwah mengajak kepada agama Islam.
  • Ketika Rasulullah SAW sakit sebelum wafat, beliau menugaskan Abu Bakar RA sebagai imam shalat menggantikan dirinya. Dengan demikian, Abu Bakar RA adalah orang kedua yang menjadi imam shalat setelah Rasulullah SAW.
  • Abu Bakar RA juga adalah orang kedua yang dimakamkan di “Hujrah Sa’adah” (Tempat Rasulullah SAW dimakamkan) setelah Rasulullah SAW.

Meminta Izin untuk Pemakaman

Sayidina Ali bin Thalib RA menjelaskan, “Sebelum Abu Bakar Ash-Shiddiq RA meninggal, beliau memanggil dan memintaku untuk duduk di sampingnya. Kemudian beliau berkata, ‘Wahai Ali, ketika aku wafat nanti, kau mandikanlah aku seperti halnya kau memandikan Rasulullah SAW dulu, setelah kau memberikan wangi-wangian kepadaku, bawalah aku ke Hujrah Sa’adah dan mintalah izin kepada Rasulullah SAW. Jika kau melihat pintunya terbuka, makamkanlah aku di sana. Namun, jika pintunya tidak terbuka, makamkanlah aku di kuburan orang-orang muslim (sampai para sahabat mengeluarkan hukum tentang di mana letak pemakamanku).’ Ketika Abu Bakar RA wafat, aku memandikannya dan mengafani jenazahnya. Aku datang pertama kali ke pintu Rasulullah SAW untuk meminta izin seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, orang yang datang ini adalah Abu Bakar. Dia ingin meminta izin darimu agar bisa dimakamkan di sebelahmu.’ Pintu pun langsung terbuka. Pada saat itu, aku mendengar suara yang mengatakan, ‘Bawalah Habibi (kekasih, sahabat) kepada kekasihnya karena seorang kekasih merindukan kekasihnya.’”

Wafat dan Makam Syarif (Mulia)

Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar RA sangat bersedih. Setiap hari yang dilaluinya membuat tubuhnya semakin kurus.

Wafatnya Rasulullah SAW juga menjadi salah satu sebab wafatnya. Abu Bakar RA wafat pada malam Selasa tanggal 23 Jumadil Akhir 634 Masehi, di saat itu beliau berusia 63 tahun.

Masa kekhalifahan Abu Bakar RA berlangsung selama 2 tahun 3 bulan dan 10 hari. Umar bin Khattab RA menjadi imam dalam menyalati jenazahnya. Abu Bakar RA dimakamkan pada malam hari. Jenazahnya diturunkan ke dalam kubur oleh anaknya yang bernama Abdurrahman RA, Umar bin Khattab RA, Utsman bin Affan RA, dan Talha RA. Kepala jenazah Abu Bakar RA dimakamkan sejajar dengan bahu Rasulullah SAW.